“Tidak ada suatu amalan yang lebih utama daripada menimba ilmu jika disertai dengan niat yang lurus.” (Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbab Tafadhul al-A’mal, hal. 26)
Kamis, 28 Agustus 2014

05.53
Sebelumnya ada seorang ikhwan yang bertanya, tentang adanya akhwat, yang memang suka menargetkan ikhwan yang 'ilmunya tinggi, (mungkin sekaliber ustadz...), bagaimana dengan akhwat model seperti itu....? Alloohu a'lam, si akhwat memang memiliki hak untuk memilih dengan siapa ia akan menikah, itu adalah pilihannya, mungkin ia memang ingin menikah dengan ikhwan yang ilmunya tinggi... Alloohul musta'an.

Namun... berapa banyak ikhwan yang ber'ilmu tinggi di zaman ini? Jika memang mengharapkan ikhwan yang 'ilmunya tinggi kemudian akan membuatnya semakin terlambat menikah, karena menanti dan menanti... sedang bisa jadi jodohnya adalah ikhwan penuntut 'ilmu biasa saja... maka hal itu akan memberatkan dirinya, target yang tinggi akan semakin sulit dicapai, Walloohul musta'an

Ada baiknya untuk bercermin kepada seorang wanita yang mulia... seorang shahabiyah yang mulia. Ia menjadikan pernikahannya mampu mengantarkan kebaikan bagi dirinya, suaminya, kehidupan rumah tangganya, dan dakwah secara umum. Anas bin Malik rodhiyalloohu 'anhu bertutur:

تَزَوَّجَ أَبُو طَلْحَةَ أُمَّ سُلَيْمٍ، فَكَانَ صَدَاقُ مَا بَيْنَهُمَا الْإِسْلَامَ، أَسْلَمَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ قَبْلَ أَبِي طَلْحَةَ فَخَطَبَهَا فَقَالَتْ: إِنِّي قَدْ أَسْلَمْتُ، فَإِنْ أَسْلَمْتَ نَكَحْتُكَ. فَأَسْلَمَ فَكَانَ صَدَاقَ مَا بَيْنَهُمَا

“Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim. Yang menjadi mahar bagi pernikahan keduanya adalah Islam. Ummu Sulaim memeluk Islam sebelum Abu Thalhah. Maka, Abu Thalhah pun lantas melamar Ummu Sulaim. Kata Ummu Sulaim, ‘Sungguh aku telah memeluk Islam. Jika engkau hendak menikahiku, engkau harus memeluk Islam terlebih dulu.’ Kemudian Abu Thalhah pun memeluk Islam. Keislamannya itu menjadi mahar (dalam pernikahan) keduanya.” (HR. An-Nasa`i dalam Sunan-nya, no. 3340. Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rohimahullooh menshahihkan hadits ini)

Dalam riwayat lain dari Tsabit, dari Anas, dia berkata: “Abu Thalhah telah melamar Ummu Sulaim. Maka, Ummu Sulaim berkata, ‘Demi Allooh, orang yang sepertimu, wahai Abu Thalhah, tidak layak ditolak. Tetapi engkau lelaki kafir, sedangkan aku seorang muslimah. Tak halal bagiku untuk menikah denganmu. Jika engkau mau memeluk Islam, maka (keislamanmu) itu sebagai maharku. Aku tidak meminta yang selainnya.’ Lantas Abu Thalhah pun memeluk Islam dan itulah yang menjadi maharnya.” Tsabit berkata: “Tidak pernah aku mendengar sama sekali tentang mahar yang lebih mulia dari yang diberikan kepada Ummu Sulaim, yakni Islam.” (Sunan An-Nasa`i, no. hadits 3341 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rohimahullooh)

Maka memilih seseorang lelaki penuntut 'ilmu yang satu manhaj, kita ketahui akidah dan manhajnya lurus, jauh dari fitnah, dan seseorang yang terbimbing dalam 'ilmunya, tidaklah mengapa... meski hafalannya lebih sedikit darimu, meski engkau lebih lama mengenal manhaj salaf daripada dia...

Walloohu ta'ala a'lam.

Disalin dari status FB Abu Hudzaifah Najwa, Kamis 28 Agustus 2014, 05.51 AM

0 komentar:

Posting Komentar