“Tidak ada suatu amalan yang lebih utama daripada menimba ilmu jika disertai dengan niat yang lurus.” (Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbab Tafadhul al-A’mal, hal. 26)
Minggu, 06 April 2014

05.09
Indahnya menjemput jodoh dengan jalan yang diridhoi-Nya... Hati tenang dan berbunga-bunga, karena kita yakin kebaikan jalan yang kita tempuh dengan 'ilmu yang kita ketahui dalam proses ta'aruf. Setiap berita kita terima, akan keadaan fulan / fulanah dengan gembira, jika cocok kita teruskan... jika tidak cocok, maka kita menyampaikan udzur... tidak ada kekecewaan, karena kita yakin Allooh belum mempertemukan kita dengan orang yang berkesan di hati kita...

Jika kita menyukai fulan / fulanah pada data diri yang disampaikan, datanya sangat cocok dengan yang kita inginkan, kemudian ternyata justru dari pihak sana yang membatalkan ta'aruf karena belum cocok dengan diri kita... hati kita tidak kecewa, justru kita hendaknya memuji Allooh, karena telah menggagalkan kita dengan seseorang yang belum kita lihat keadaan paras dan fisiknya, tentunya akan lebih susah melupakannya jika kita sudah terlanjur melihat paras dan fisiknya.

Jika kita menyukai fulan / fulanah pada data diri yang disampaikan, dan dari pihak sana pun setuju dan menyukai data diri kita, lalu kemudian nazhor dilaksanakan... indahnya melihat sesuatu yang dihalalkan... dengan mengucap bismillaah, kita melangkahkan kaki menuju nazhor kita, untuk pertama kalinya melihat wanita yang datanya telah menawan hati kita... sungguh langkah-langkah yang ringan dan indah, tiada kekhawatiran menjemput jodoh dengan seizin-Nya, berhasil atau gagal, semua atas kehendak-Nya... fulanah pun menunggu dengan hati berdebar dan indah, untuk pertama kalinya ia akan membuka cadarnya di hadapan lelaki yang bukan mahromnya, memperlihatkan apa yang boleh dilihat dalam nazhornya, pipinya memerah ditemani bapaknya yang duduk disampingnya. Tersenyum malu dan menambah keindahannya.

Bisa jadi memang ada kegagalan dalam nazhor... karena mungkin awwalnya kita tidak meminta informasi dengan jelas tentang keadaan fisiknya, ahsan memang kita meminta informasi yang jelas tentang warna kulitnya, tingginya, berat badannya, atau apapun yang memang mengkhawatirkan kita akan menggagalkan ta'aruf setelah nazhor nanti, khawatir mengecewakan kedua belah pihak, tidak mengapa menanyakan detail sang calon. Namun jika kita tidak mempermasalahkan keadaan fisik, maka tidak perlu menanyakannya juga tidak mengapa. Dan... jika memang gagal... tidak ada rasa kecewa, segala puji bagi Allooh Ta'ala, yang menggagalkan proses ta'aruf sebelum khitbah... hingga tidak membawa kesedihan yang besar, pupus harapan memang membawa kesedihan... namun tidak lama, masih ada kesempatan lain yang panjang, mungkin Allooh Ta'ala telah menyiapkan orang lain yang lebih baik dari yang gagal sekarang ini... Sehingga kita bisa bertemu orang yang bisa menemani kita kelak dengan sepenuh hati... bukan keterpaksaan...

Segalanya yang dilaksanakan sesuai dengan syari'at memang membuat hati tenang dan lega, tidak ada kebencian dan dengki, meski gagal... meski tidak jadi melanjutkan proses. Lebih baik gagal dalam proses daripada kelak terjadi perceraian dalam rumah tangga... dan jika memang engkau berhasil dalam proses ta'arufmu, hingga sampai pada khitbah dan akad nikahmu... aku ucapkan selamat kepadamu, selamat menempuh hari-hari yang penuh keindahan bersama seseorang yang baru bagimu, namun ia benar-benar bersih dan terjaga kehormatannya dari orang lain... dan hanya dirimu yang pertama kali memetik bunga indahnya... BaarokAlloohu fiikum jami'an.

Disalin dari tausiyah Abu Hudzaifah Najwa di Page FB, Minggu, 6 April 2014, 05.10 AM

0 komentar:

Posting Komentar