“Tidak ada suatu amalan yang lebih utama daripada menimba ilmu jika disertai dengan niat yang lurus.” (Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbab Tafadhul al-A’mal, hal. 26)
Sabtu, 10 Oktober 2015

16.30

Anda Sopan, Kami Segan
|||

Ngeng... ngeng..., suara motor yang keras terdengar begitu mengusik perhatian jamaah shalat di suatu kampung. Selain suaranya keras, kecepatannya pun nggak aturan. Sontak saja, suara motor itu mengusik kekhusyukan shalat kala itu. Hal ini diketahui dari perbincangan mereka setelah menunaikan shalat berjamaah. Para jamaah sempat merasa khawatir, sebab jalan itu sering dipakai anak-anak untuk berlalu lalang. Takut bila sampai ada anak kampung yang tertabrak motor. Padahal sudah jelas terpampang kata peringatan “PELAN-PELAN BANYAK ANAK-ANAK.” Tetapi mereka tetap saja melanggarnya.

Fenomena seperti di atas tentu sudah sering kita saksikan di sekitar kita. Adanya sebagian penduduk yang terganggu akibat ulah para pengendara bermotor. Akibatnya, tak jarang di antara mereka ada yang beramai-ramai membuat penghalang seperti polisi tidur, supaya motor tidak bisa ngebut. Ada lagi yang terang-terangan membuat tulisan “NGEBUT BENJUT”, atau tulisan yang serupa. Mungkin ini adalah kemarahan warga kepada para pengendara yang suka kebut-kebutan di jalan kampung mereka.
Para pembaca, kita tidak bisa memungkiri bahwa sebagian pengendara bermotor memang butuh cepat sampai tujuan. Takut telat, atau ada kebutuhan mendesak, atau ada sanak saudara yang sakit, dan lainnya. Setiap kita tentu punya keperluan yang bermacam-macam. Namun, para pengendara tetap dituntut untuk memerhatikan keadaan sekeliling mereka bila hendak bersegera sampai tujuan. Siapa tahu ada yang terganggu bila laju kendaraannya terlalu cepat. Selain itu, perlu pula kiranya melihat-lihat apakah ada peringatan atau larangan yang harus dihormati. Para pembaca, tentu bersabar sedikit dengan memperlambat laju kendaraan di lingkungan seperti ini lebih utama dibandingkan dengan kita ngebut supaya cepat sampai tujuan, namun tanpa memedulikan hak-hak sesama muslim.
Kita tentu ingat sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam (yang artinya), “Orang mukmin yang paling baik (kualitas) keislamannya adalah orang yang kaum muslimin merasa aman dari (gangguan) lisan dan tangannya.” [H.R. Ath-Thabrani dishahihkan Syaikh Al Albani rahimahullaah].
Dalam riwayat lain disebutkan (yang artinya), “Seorang muslim itu adalah yang mana kaum muslimin selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya.” [H.R. Muslim].

Nah, siapa tahu ada yang merasa khawatir dan tidak merasa aman dengan ngebut-nya kita di jalanan. Ada yang khawatir akan keselamatan orang yang sudah tua atau anak-anak kecil yang sering tidak toleh kanan-kiri bila menyeberang. Terlebih lagi bila ada keluarga yang punya bayi yang merasa terdzalimi dengan suara bisingnya kendaraan kita karena knalpot yang dimodifikasi biar suaranya kenceng. Nah, kalau sudah begitu, bukannya kita perlu merasa khawatir termasuk seorang muslim yang tidak bisa merealisasikan hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam di atas?

Sobat pembaca, sebenarnya gangguan kepada kaum muslimin itu ada beberapa tingkatan. Ada yang sifatnya tak sengaja, ada juga yang dilakukan secara sengaja kepada kaum muslimin. Pastinya, yang kedua ini adalah bentuk kedzaliman, semakin besar gangguan yang dilakukan semakin besar pula kedzalimannya. Para pelakunya telah diancam oleh Allah Subhaanahu wa ta'ala dalam firman-Nya yang artinya,
 “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Q.S. Al-Ahzab : 58].
Oleh karenanya, seorang pengendara bermotor harus bijak dalam berkendara. Dia bisa memerhatikan kapan waktunya dia bisa melaju dengan bebas, dan kapan waktunya dia harus bersabar memperlambat kendaraannya.
Lain tempat lain lagi ceritanya. Mentang-mentang penduduk asli daerah, sebagian pemuda seenaknya memakai jalan raya. Merasa tersinggung bila ada kendaraan orang lain menyalipnya. Jalan raya pun dikuasai semua. Parahnya lagi bila kita nggak mau peduli kebutuhan pemakai jalan raya lainnya. Yang penting bisa sampai tujuan dengan cepat walaupun harus “memaksa minggir” kendaraan orang lain. Tak peduli melanggar tata tertib lalu lintas, tak peduli pula apakah dia membahayakan jiwa orang lain atau tidak. Jadilah dia raja jalanan. Semua harus mengalah, atau kalau tidak tau sendiri akibatnya! Demikianlah perilaku beberapa pemuda dengan motor mereka, Allahul musta'an.
Padahal Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersabda (yang artinya), “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim lainnya.” [H.R. Ahmad, Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah].

Para pembaca sebagai seorang muslim, kita tentu dituntut untuk beradab dan berakhlak dengan sebaik-baiknya. Termasuk saat mengendarai kendaraan. Mulai dari mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki, atau yang sedang duduk sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang artinya, “Hendaklah orang yang berkendara memberi salam kepada yang berjalan dan yang berjalan kepada yang duduk dan yang kecil kepada yang besar.”
Pada riwayat Al-Bukhari disebutkan dengan redaksi, “Hendaklah memberi salam yang kecil kepada yang besar dan yang berjalan kepada yang duduk dan yang sedikit kepada yang banyak.”
Juga menjaga akhlak dan mematuhi hak-hak jalan yang telah diatur oleh pemerintah kita. Supaya didapatkan bagi pengguna jalan yang lain kenyamanan dan keamanan dan tidak merasa terganggu dengan ulah kita. Jangan lupa untuk senantiasa berniat dengan niat yang baik, berdoa dan berdzikir saat mulai mengendarai dan juga saat berkendara. Insya Allah bila kita menjaga niat baik kita, Allah akan memberikan balasan kebaikan buat kita. Nah, para pembaca, ayo kita lakukan aktivitas harian dengan senantiasa menjaga adab-adab Islam, harus bisa!

Wallaahu a'lam bishowab.

Sumber Artikel : Majalah Tashfiyah edisi 46 Vol. 04 1436 H – 2015 M
Sumber Gambar : http://presto-resto.com/motorcycle-education/

0 komentar:

Posting Komentar