“Tidak ada suatu amalan yang lebih utama daripada menimba ilmu jika disertai dengan niat yang lurus.” (Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbab Tafadhul al-A’mal, hal. 26)
Jumat, 18 September 2015

08.05

Aqidah Mereka pun Runtuh


Beberapa dalil dari Al-Qur’an tentang keesaan Allah
 “Katakanlah, ‘Dialah Allah yang Maha Esa. Allah tempat meminta (segala kebutuhan makhluk-Nya). Dia tidak beranak dan tiada diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya’.” [Surah Al-Ikhlas: 1-4]
Di dalam surat yang agung ini, Allah Subhaanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Dia adalah Dzat yang Esa, Maha Tunggal, Ia tidaklah memiliki putra, baik itu Nabi Isa ‘alaihissalaam atau pun yang lainnya. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia dalam keesaan-Nya.

Dalam ayat lainnya, Allah berfirman yang artinya,
 “Dialah Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak memiliki istri? Dialah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” [Surah Al-An’am: 101]
Di dalam ayat ini Allah menyatakan dengan tegas bahwa Dia tidak memiliki istri dan tidak memiliki anak. Bandingkan dengan keyakinan orang-orang Nasrani yang mengatakan adanya Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Allah telah sebutkan tentang ucapan mereka dalam Al-Qur’an yang artinya,
 “Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada ilah (sesembahan yang layak disembah) kecuali ilah yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, niscaya orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [Surah Al-Maidah: 73]
Ayat ini menegaskan batilnya akidah trinitas, aqidahnya orang-orang Nasrani yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu kesatuan dari tiga unsur: Allah, Nabi Isa, dan Maryam. Jika mereka tidak berhenti dari ucapan keji mereka ini, niscaya mereka akan tertimpa adzab yang sangat pedih.


Siapakah sebenarnya Isa bin Maryam itu?
Sesungguhnya Al-Qur’an telah memaparkan identitas Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalaam dengan sejelas-jelasnya. Allah Subhaanahu wa ta'ala telah kisahkan perihal beliau dari semenjak hari kelahiran hingga akhir keberadaannya di atas muka bumi ini. Allah ta’ala juga menjelaskan tujuan dakwahnya, isi sebagian risalahnya, juga beberapa mukjizat yang menguatkan kerasulannya. Ini semua menunjukkan siapa Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalaam sebenarnya.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman yang artinya,
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara kepada anak kecil yang masih dalam buaian?’ Isa berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Dia memberiku al-kitab (Injil) dan Dia menjadikanku seorang nabi’.” [Surah Maryam: 29-30]
Di dalam ayat ini sangat jelas sekali diterangkan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalaam adalah seorang manusia, hamba dari yang Maha Pencipta. Dia bukan Tuhan ataupun putra Tuhan. Dan perhatikanlah bagaimana Allah 'Azza wa Jalla menjelaskan hakikat Nabi Isa ‘alaihissalaam ini dari semenjak beliau dalam kondisi masih bayi. Maka Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan.

Dan Nabi Isa ‘alaihissalaam tidaklah merasa rendah dengan keberadaan dirinya sebagai seorang hamba di sisi Penciptanya. Bahkan, itu merupakan kemuliaan yang besar baginya. Di mana, beliau hanya menghambakan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa. Allah ta’ala berfirman yang artinya,
 “Al-Masih sekali-kali tidak merasa enggan menjadi hamba bagi Allah, demikian pula para malaikat-Nya (tidak enggan). Barangsiapa yang merasa enggan dari beribadah kepada-Nya dan menyombongkan diri, niscaya kelak Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.” [Surah An-Nisa’: 172]

Adapun Nabi Isa ‘alaihissalaam terlahir tanpa bapak yang dijadikan argumen dalam mempertuhankan Nabi Isa, maka itu merupakan argumentasi yang sangat lemah. Apakah mereka tidak mengenal kebesaran Allah? Apakah mereka tidak tahu akan Maha Kuasanya Allah? Bukankah jika Allah menghendaki sesuatu Dia Subhaanahu wa ta’ala hanya sekadar mengucapkan ‘kun’ (jadilah) maka terjadilah sesuatu tersebut? Jika semata-mata karena Nabi Isa tercipta dari seorang ibu tanpa bapak menjadikan dia sebagai tuhan, maka tentunya Adam lebih pantas untuk mereka pertuhankan, karena Adam tercipta tanpa ibu dan bapak.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman yang artinya,
 “Sesungguhnya permisalan (dari penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah ciptakan Adam dari tanah, kemudian Dia berfirman kepadanya, ‘Jadilah’ maka jadilah dia.” [Surah Ali Imran: 59]


Nabi Isa berlepas diri dari orang-orang yang mempertuhankan dirinya
Allah ta’ala memberitakan kepada kita perkara yang akan terjadi pada hari kiamat nanti. Dia Subhaanahu wa ta’ala akan bertanya kepada Nabi Isa ‘alaihissalaam tentang penuhanan dirinya. Allah berfirman yang artinya,
 “Dan ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa bin Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikan aku dan ibuku dua tuhan selain Allah?’ Isa menjawab, ‘Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidaklah mengatakan kepada mereka melainkan apa yang Engkau perintahkanku untuk mengatakannya, yaitu, ‘Sembahlah Allah, Rabbku, dan Rabb kalian’.’” [Surah Al-Maidah: 116-117]


Sebagai penutup, mari simak secara seksama firman Allah Subhaanahu wa ta'ala berikut ini (yang artinya),
 “Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam.’ Katakanlah, ‘Maka siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam dan ibunya serta seluruh manusia yang ada di bumi?’ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Surah Al-Maidah: 17]

Wallahu a’lam.

Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 35 1435 H/2014 M

0 komentar:

Posting Komentar