“Tidak ada suatu amalan yang lebih utama daripada menimba ilmu jika disertai dengan niat yang lurus.” (Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbab Tafadhul al-A’mal, hal. 26)
Sabtu, 27 Desember 2014

06.08
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

من صنع إليه معروف فقال لفاعله: جزاك اللَّه خيراً، فقد أبلغ في الثناء
“Barangsiapa yang diberikan sesuatu kebaikan, maka hendaknya dia ucapkan ‘Jazakallahu khairan (semoga Allah membalas kebaikanmu)’ kepada orang yang memberi kebaikan. Sungguh hal yang demikan telah bersungguh-sungguh dalam berterimakasih.”

Takhrij Hadits:

Hadits ini dikeluarkan oleh At Tirmidzi dalam Al Bir was Shilah (2035) dan Ath Thabrani dalam Ash Shaghir (148/2)

Syarah:

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang diberikan sesuatu kebaikan, maka hendaknya dia ucapkan ‘Jazakallahu khairan (semoga Allah membalas kebaikanmu)’ kepada orang yang memberi kebaikan. Sungguh hal yang demikan telah bersungguh-sungguh dalam berterimakasih.”

Apabila seseorang memberikan sebuah kebaikan kepadamu dengan harta, bantuan, atau ilmu atau yang selain itu, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk membalas kebaikan tersebut.

Beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang memberikan kebaikan kepadamu maka balaslah (kebaikan tersebut)”

Maka balasan ini sesuai dengan kondisinya. Ada orang yang balasan kebaikannya dengan engkau berikan sesuatu yang sama dengan apa yang dia berikan sebelumnya, atau bahkan lebih banyak. Ada pula yang orang yang balasannya engkau mendoakan kebaikan baginya, dan dia tidak ingin engkau balas dengan harta.

Orang yang sudah tua, memiliki banyak harta, dermawan, memiliki status sosial di masyarakat, jika dia menghadiahkan sesuatu kepadamu, lalu engkau balas memberi hadiah yang sama dengan hadiah pemberiannya, maka dia akan melihat ini sebagai sikap perendahan bagi dirinya.

Akan tetapi bila terjadi yang seperti ini, berdoalah kepada Allah untuknya. Apabila kalian tidak menemukan sesuatu yang pantas untuk membalas kebaikannya, maka doakan dia sampai kalian lihat kalian telah membalasnya. Dan dari doa ini adalah ucapan kalian,

جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا
“Semoga Allah membalas kebaikanmu”

Jika dia memberikan sebuah kebaikan, manfaat kepadamu, maka ketika engkau ucapkan jazakallahu khairan engkau telah bersungguh-sungguh dalam memuji. Hal ini karena jika Allah membalas seseorang dengan kebaikan, itu merupakan kebahagiaan baginya di dunia dan akhirat.

Disalin dari Syarah Riyadhus Shalihin, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah hal. 1564-65, terbitan Darus Salam Kairo.

Apabila ucapan tersebut ditujukan kepada wanita, maka dhamir (kata gantinya) diubah menjadi: جَزَاكِ اللَّهُ خَيْرًا “Jazakillahu khairan” Apabila ditujukan kepada sekumpulan orang, maka gantilah dengan: جَزَاكُمُ اللَّهُ خَيْرًا “Jazakumullahu khairan”

Membalas Ucapan Tersebut

السؤال: هل هناك دليل على أن الرد يكون بصيغة (وإياكم)؟ فأجاب: لا , الذي ينبغي أن يقول :(وجزاكم الله خيرا) يعنى يدعى كما دعا, وإن قال (وإياكم) مثلا عطف على جزاكم ,يعني قول (وإياكم) يعني كما يحصل لنا يحصل لكم .لكن إذا قال: أنتم جزاكم الله خيرا ونص على الدعاء هذا لا شك أنها أوضح وأولى (مفرغ من شريط دروس شرح سنن الترمذي ,كتاب البر والصلة ,رقم :222)

Pertanyaan ditujukan kepada Asy Syaikh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah : Apakah ada dalil bahwa ketika membalasnya dengan mengucapkan “wa iyyakum” (dan kepadamu juga)?

Beliau menjawab: “Tidak, sepantasnya dia juga mengatakan “jazakallahu khaer” (semoga Allah membalasmu kebaikan pula), yaitu didoakan sebagaimana dia berdo’a, meskipun perkataan seperti “wa iyyakum” sebagai athaf (mengikuti) ucapan “jazaakum”, yaitu ucapan “wa iyyakum” bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan,juga kalian” , namun jika dia mengatakan “jazaakalallahu khaer” dan menyebut do’a tersebut secara nash, tidak diragukan lagi bahwa hal ini lebih utama dan lebih afdhal.”

Transkrip dari kaset Durus Syarah Sunan At-Tirmidzi, Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah, kitab Al-Birr wa Ash-Shilah, no hadits: 222, diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal hafidzahullah

0 komentar:

Posting Komentar