“Tidak ada suatu amalan yang lebih utama daripada menimba ilmu jika disertai dengan niat yang lurus.” (Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbab Tafadhul al-A’mal, hal. 26)
Senin, 13 Oktober 2014

15.22
Ana pernah membaca sebuah perkataan, yang kurang lebih sebagai berikut ini, "Suami ana juga sayang sama istri, meski suami ana bukan salafi...!" Alloohu a'lam.

Maka ketahuilah... bahwa suami tersebut bukanlah termasuk suami yang menyayangi istrinya, atau jika sang istri sudah merasa di sayang oleh suaminya, maka sesungguhnya ia belum pernah mengenal kasih sayang sesungguhnya, tidak sebagaimana para ummahat salafiyyah merasakan disayangi oleh suami mereka, atau jika kasih sayang dari suami model di atas itu dirasakan oleh sang istri, maka kasih sayang itu tidaklah lengkap... hanya sebatas sedikitnya pengetahuan sang istri akan tingkah laku suaminya... Alloohu a'lam.

Jika sang istri merasa disayang oleh suami hanya dia nilai dari dilengkapinya kebutuhan duniawinya, diperlakukan lembut dalam rumah tangga, atau sang suami kerap membantu tugas istrinya... maka si istri hanya mendapatkan bagian yang sangat kecil dalam kasih sayang suaminya...

Apakah kalian para wanita tidak mengetahui, bagaimana seorang ikhwan yang telah mengenal manhaj yang lurus ini dalam menyayangi istrinya? Sungguh kalian telah merugi dengan serugi-ruginya....

Ikhwan salafiyyin menjaga pandangan matanya... dan ia benar-benar menjaganya, ia hanya mengarahkan pandangan halal penuh cinta itu pada istrinya, tidak melihat pandangan yang diharomkan baginya, yang akan merusak fitrahnya, yang akan membuatnya membanding-bandingkan wanita, dan tahukah engkau betapa beratnya bagi seorang lelaki untuk menundukkan pandangannya..? Dan itu adalah salah satu bentuk rasa sayangnya kepada istrinya, setelah ia mentaati perintah Robb-nya...

Ikhwan salafiyyin menjaga pergaulannya, tidak berteman dengan wanita yang bukan mahromnya, karena tidak ada pertemanan yang demikian itu... meskipun hanya di FB, ia menjaga fitrohnya, agar senantiasa bersih, tidak tercemari getaran-getaran hasil bisikan syaithon dalam muamalahnya. Di tempat kerja ia mencari pekerjaan yang tidak campur baur lelaki dan wanita, tidak ikhtilath, ia berusaha menjaga dirinya dari jalan-jalan yang akan membuatnya enggan kepada istrinya, bagaimana tidak, diluaran sana dipenuhi oleh wanita-wanita yang sudah kehilangan rasa malunya, kerja campur baur berikhtilath, menggunakan parfum dan wewangian, menggoda di setiap saat, hati siapa yang tak akan rapuh? Sedang hati manusia itu sangat lemah...

Ikhwan salafiyyin menjaga nafkahnya, mencari jalan yang bersih untuk dia nafkahkan kepada keluarganya, meski hanya pekerjaan yang sepele dan diremehkan manusia, meski bercampur debu dan menghitamkan kulitnya, dia ingin istri dan anaknya memakan dari hasil yang benar-benar bersih...

Ikhwan salafiyyin menjaga istri dan anaknya dari api neraka yang bahan bakarnya batu dan manusia, sebagaimana yang diperitahkan oleh Allooh Ta'ala, ia senantiasa menasihati istri dan anaknya agar berada dalam jalan yang lurus, agar senantiasa mampu istiqomah di atas kebenaran meski dalam kesusahan dan kesempitan, mengajak istrinya kepada majelis-majelis 'ilmu yang lurus, menutupi istrinya dari pandangan manusia dengan pakaian yang syar'iy... dari kepala hingga tertutup kakinya, tertutup wajahnya... bukan membiarkan istrinya pamer wajah kemana-mana...

Dan masih banyak lagi selainnya yang dilakukan oleh seorang ikhwan salafiyyin sebagai bentuk pengamalan 'ilmunya, sebagai bentuk taqwa yang dia berusaha mewujudkannya, dengan berusaha menjadi pemimpin yang baik dalam rumah tangga, berakhlak kepada istri dengan sebaik-baik akhlak, dalam keadaan ridho kepada istri, atau pada saat marah... jika dia ridho maka dia akan sangan menyayangi istrinya, dan jika dia sedang marah maka dia tidak mencela istrinya... bandingkan dengan orang awwam...

Dan satu lagi....

Ikhwan salafiyyin, saking inginnya membantu dan meringankan tugas istrinya, dengan segenap kemampuan yang ia miliki... ia menikah lagi, ia ingin meringankan tugas istrinya dalam ber-khidmat kepadanya, meski itu berarti sang suami harus bekerja lebih keras menafkahi dua wanita atau lebih, harus lebih teliti dalam menerapkan keadilan antar istri, harus menempuh resiko yang berat di akhirat nanti... sedang sang istri tetap tidak berkurang uang belanjanya... meski berkurang tugas-tugasnya dalam membantu suaminya... Begitu sayangnya seorang ikhwan salafiyyin kepada istrinya...

Alloohul musta'an, walloohu a'lam

Disalin dari Tausiyah Abu Hudzaifah Najwa, Senin 13 Oktober 2014, 15.21PM, (Judul dari Kami)

0 komentar:

Posting Komentar